Menjadi Warga Cerdas Digital Terhadap Maraknya Pelecehan Seksual di Dunia Maya

Menjadi Warga Cerdas Digital Terhadap Maraknya Pelecehan Seksual di Dunia Maya


Semakin berkembangnya teknologi di era digital, tidak dapat dipungkiri bahwa dampaknya tidak akan selalu berbuah positif. Terlebih lagi beragam sosial media yang muncul memberikan kemudahan kepada kita untuk mengakses dan mendapatkan fasilitas yang canggih untuk berinteraksi seperti berkirim pesan jarak jauh, mengunggah gambar dan video, ataupun berkomentar dan berpendapat sesuka hati. Sayangnya, seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi, belakangan ini justru berbagai kasus kejahatan pun kian marak terjadi di dunia maya dan tidak sedikit pula orang yang menjadi korbannya. Salah satu kejahatan tersebut adalah pelecehan seksual. Pelecehan seksual atau sexual harassment adalah segala bentuk perilaku pendekatan yang berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan, baik itu berupa lisan, tulisan, tindakan, ataupun israyat.  

Umumnya kasus pelecehan seksual yang sering terjadi adalah pada perempuan, namun pasalnya pelecehan seksual tidak mengenal adanya gender, usia, pakaian, tempat ataupun waktu. Maka dari itu siapapun bisa saja menjadi korbannya, mau itu kepada laki-laki atau orang dewasa sekali pun. Memang sangat dikhawatirkan, terlebih lagi menurut Komnas Perempuan pada lima bulan awal pertama di tahun 2020 selama adanya pandemi COVID-19, mereka sudah menerima laporan sebanyak 461 kasus, dimana kekerasan seksual yang diadukan adalah kekerasan seksual berbasis gender siber (KBGS) yang dilakukan oleh mantan pacar, pacar, bahkan orang yang tidak dikenal dengan berbagai macam bentuk kekerasan.  

Bentuk pelecehan seksual di dunia maya tidak hanya berupa ajakan atau pesan rayuan kepada seseorang saja. Secara sadar atau tidak, bahkan hal-hal kecil yang sering ditemui pada kolom komentar netizen kepada idolanya, atau akun-akun receh di sosial media tak sedikit dari mereka yang menormalisasikan berkomentar yang menjurus kepada pelecehan seksual meskipun hanya sebagai bahan candaan. Misalnya seperti yang sering terjadi pada artis cantik Anya Geraldine, jika dilihat postingannya di Instagram ia kerap berpenampilan seksi namun tidak mengandung adanya unsur sensual. Anya yang merupakan seorang public figure dengan jumah pengikut Instagram sebanyak 7,8 juta kerap kali mendapatkan pelecehan pada komentar dari netizen mengenai fotonya.  


Menilik dari salah satu contoh diatas, pelecehan seksual di dunia maya memiliki beragam jenis dengan bentuk yang berbeda-beda. Sex testing merupakan bentuk pelecehan seksual yang banyak terjadi pada platform media sosial, sex testing adalah aktivitas mengirimkan atau mengunggah konten dan pesan seksual yang dikirimkan kepada seseorang tanpa ada persetujuan dari kedua belah pihak. Jika seseorang mendapatkan pesan yang berhubungan dengan seks dari orang lain, lalu ia tidak mengingkannya dan mereka memaksanya, maka aktivitas tersebut sudah termasuk kedalam pelecehan seksual.  

Istilah body shaming pasti sudah tidak asing lagi ditelinga, ternyata body shaming juga merupakan salah satu dari bentuk pelecehan seksual karena hal tersebut sudah menyerang kepada aspek seksualitas seseorang. Selain itu para pelaku body shaming juga biasanya sering mengejek, menghina, dan memberikan standar fisik seseorang berdasarkan gender, seperti perempuan harus cantik, mulus, putih dan feminin. Sedangkan laki-laki harus bersikap maskulin. Secara sadar atau tidak body shaming adalah bentuk pelecehan yang paling banyak ditemui di dunia maya, biasanya pelaku melakukan body shaming ini melalui pesan pribadi atau komentar.  

Beberapa waktu lalu sempat viral kasus video syur artis milik GA yang menghebohkan warganet, kasus tersebut merupakan jenis pelecehan seksual dari non consensual dissemination of intimate images yaitu penyebaran foto, suara, video atau ujaran yang berisi konten seksual tanpa adanya persetujuan dari orang tersebut. Ketika video tersebut disebar di sosial media secara sengaja oleh orang yang tidak bertanggung jawab, banyak dari warganet yang menonton, menyimpan, meminta link, menyebarluaskan, bahkan sampai menggangu privasi dari GA sebagai korban dan keluarga.  

Banyaknya kasus pelecehan di dunia maya yang dapat menyerang siapa saja, membuat para pengguna sosial media haruslah berhati-hati dan bijak dalam menggunakan sosial media tersebut. Orang yang kita temui di sosial media belum tentu itu adalah karakter asli yang dia perlihatkan. Menurut Danah Boyd, ada tiga karakter publik di era media sosial, pertama yaitu audiens yang tidak nampak (invisible audience), kedua hilangnya kontak social (collapsed audience), ketiga adalah pudarnya batas antara ranah publik dan ranah privat (the blurring of public and private). Adanya karakter-karakter tersebut di era yang saat ini serba digital, sangatlah penting untuk kita memiliki kecerdasan emosial digital agar dapat membatasi serta mengontrol diri ketika berselancar di dunia maya.  

Kecerdasan emosional digital adalah seperangkan kompetensi teknis kognitif, meta-kognitif, dan sosio-emosional yang didasarkan pada nilai-nilai moral universal yang memungkinkan individu menghadapi tantangan kehidupan digital dan beradaptasi dengan tuntutan institute (DQ Institute, 2019). Kecerdasan emosional digital memiliki tiga keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap individu pengguna media social yaitu empati digital (digital empathy), kesadaran dan manajemen diri (self awareness and management), dan yang ketiga adalah manajemen relasi (relationship management). 

Untuk itu dalam menanggapi maraknya kasus pelecehan di dunia maya, sebagai warga cerdas digital haruslah menguasai kecerdasan emosianal berikut. Karakter kecerdasan emosional di ruang virtual mesti segera ditanamkan dan diterapkan dalam bersosial media. Tujuannya agar sebagai pengguna sosial media kita dapat menghadapinya secara bijak. Apabila kita menemukan perbuatan pelecehan seksual yang menimpa diri sendiri, saudara, teman atau pun orang lain, jangan sampai hanya tinggal berdiam diri saja dan mengikuti alur para pelaku pelecehan seksual.  

Maka yang pertama harus dilakukan ketika mendapatkan pelecehan seksual di dunia maya dari orang lain adalah bersikaplah tegas kepada pelaku, jangan merespon mereka dan segera beri tahu orang terdekat. Jika perbuatan tersebut sudah sangat menggangu dan bersikap keterlaluan, maka dokumentasikan bukti pelecehan tersebut. Jangan lupa untuk segera laporakan ke pihak sosial media yang bersangkutan. Gunakan fitur yang tersedia di platform tersebut seperti report, block, ignore dan mute. Fitur ini disediakan agar para pengguna aplikasi tetap bisa menjaga keselamatan, keamanan, dan identitas digital yang dimiliki. Hal ini berlaku juga apabila menemukan teman, saudara, keluarga, atau orang lain mendapatkan pelecehan seksual yang serupa, maka segera laporkan para pelaku kejahatan agar tidak mengulangi dan menggangu lagi. 

Jika ada kasus pelecehan seksual yang sedang viral di dunia maya, baik itu korbanya kita ketahui atau tidak, jangan pernah mencari tahu lebih dalam kasus tersebut dengan meminta link apalagi menyebarkannya. Sebaiknya lindungi korban dan biarkan kasus tersebut ditangani oleh pihak berwajib. Sebagai pengguna media sosial yang bijak, haruslah memiliki rasa empati dan bersikap supportif terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain di dunia digital. Jangan pernah melakukan victim blaming atau menyalahkan korban dan memintanya bertanggung jawab atas apa yang menimpanya.  

Sikap yang disebutkan di atas, mencerminkan bahwa perilaku tersebut sudah mewakili dari keterampilan kecerdasan emosional yang harus dimiliki oleh warga cerdas digital. Meskipun kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berinteraksi dalam sosial media sudah sangat sulit untuk dibatasi, namun sebaiknya tetaplah berhati-hati dan hindari hal-hal yang tidak diinginkan. Karakter seseorang dalam sosial media bisa saja berbeda dengan aslinya, yang diperlihatkan belum tentu sesuai dengan realitanya. Di dunia maya kita tidak pernah tahu niat dari seseorang bersosial media itu seperti apa. Tetaplah bijak dalam menggunakannya dan jadilah warga cerdas digital untuk menciptakan ruang interaksi virtual yang bermanfaat.



Source : https://kumparan.com/sri-suci-nurhayati/menjadi-warga-cerdas-digital-terhadap-maraknya-pelecehan-seksual-di-dunia-maya-1v27hcYwksf/full

Popular Posts