Update Jumlah Korban Virus Corona dan Jeritan Warga China di Sosial Media
Jumlah warga di China yang terinfeksi virus corona kini mencapai 5974 orang, termasuk di antaranya 132 orang meninggal dunia. Hal ini diungkapkan Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) pada Rabu (29/1/2020) ini.
Berdasarkan laporan CNN, kasus penularan dan penyebaran coronavirus ini meningkat tajam dari hari sebelumnya sebanyak 1459.
Selain itu, terdapat 25 kematian baru di Provinsi Hubei dan Henan.
NHC menambahkan bahwa Tibet juga melaporkan adanya kasus pertama penularan virus corona.
Sementara itu, warga di China menaikan tagar ‘lockdown diary’ di platform Weibo, media sosial yang mirip dengan Twitter.
Mereka banyak berbagi cerita tentang kondisi sebenarnya di tempat mereka.
Vlogger Luo Bin yang berada di Wuhan mengunggah sejumlah videonya di YouTube dan mendapat ratusan ribu penonton.
Biasanya, ia melakukan review gadget atau travel.
Namun kini, ia menceritakan realitas kehidupan di Kota Wuhan yang telah ditutup oleh pemerintah hingga waktu yang tak ditentukan.
Dalam salah satu video, Luo menggambarkan bagaimana ia harus mengantri sejak dini hari untuk mendapat pasokan bahan makanan di supermarket.
Sebagian besar pertokoan di Wuhan memang tutup.
Namun itu terjadi bukan karena masyarakat khawatir penyebaran virus corona, melainkan mereka yang pulang kampung untuk merayakan Hari Raya Imlek belum bisa kembali ke Wuhan.
Ditambah, status kota itu terkunci. Praktis, jalur perdagangan juga berjalan cukup lambat.
Sebagian besar pertokoan di Wuhan memang tutup.
Namun itu terjadi bukan karena masyarakat khawatir penyebaran virus corona, melainkan mereka yang pulang kampung untuk merayakan Hari Raya Imlek belum bisa kembali ke Wuhan.
Ditambah, status kota itu terkunci. Praktis, jalur perdagangan juga berjalan cukup lambat.
"Tidak ada suasana perayaan kali ini, rasanya seperti mengalami cobaan bukan tahun baru," katanya dalam video, dilansir dari South China Morning Post.
“Tidak ada yang merasa ingin memberikan salam tahun baru satu sama lain kemarin dan saya menerima pesan perayaan yang jauh lebih sedikit melalui WeChat dibandingkan tahun lalu. Mungkin semua orang terlalu khawatir tentang wabah." tambah Luo.
Luo meyakinkan dirinya tidak akan mengunggah konten ke platform streaming video domestik seperti Bilibili, karena pemerintah China menindak desas-desus yang belum diverifikasi tentang wabah penyakit.
Penduduk Wuhan lain, Tao Jigong, juga menemukan ketenaran YouTube mendadak setelah videonya yang dirilis minggu lalu memperoleh ratusan ribu penonton.
Namun video ponsel yang dibuat Tao memang tidak lebih baik dari Luo. Caranya merekam kejadian lebih amatir daripada Luo. Akan tetapi, di situlah keunggulannya. Video-video yang ia unggah terasa otentik dan membawa penonton menyelami kegiatan sehari-harinya di Kota Wuhan yang sepi.
Dalam satu video, dirilis pada hari Minggu, Tao memfilmkan ritual hariannya sebelum meninggalkan rumah, termasuk menempelkan tas plastik di atas sepatunya dan mengenakan topeng dan kacamata pelindung pernapasan.
Dalam video yang sama, ia mengikat beberapa tas besar perlengkapan memasak dasar dan kertas toilet ke sepeda motor listriknya karena kendaraan pribadi bermotor dan transportasi umum telah dilarang di daerah pusat Wuhan.
"Karena [Komisi Kesehatan Nasional] mengatakan bahwa masa inkubasi dapat berlangsung selama 14 hari, yang paling saya khawatirkan adalah keluarga saya bisa terinfeksi, atau saya bisa terinfeksi," kata Tao.
Satu video yang diunggah oleh Tao menangkap pemandangan di luar jendelanya sendiri, dengan teriakan ratusan orang bergema di daerah itu.
Tak hanya itu, lebih banyak video viral yang menghangatkan hati muncul di media sosial. Salah satunya mengabadikan momen warga setempat di Provinsi Hubei yang meneriakkan slogan-slogan dukungan dari jendela apartemen mereka.
Dari video di Twitter itu, tidak diketahui mereka berbicara apa. Akan tetapi, teriakan itu disahuti banyak orang dan suasana kembali semarak.
Dalam satu klip pendek yang dibagikan secara luas, penduduk sebuah perumahan di Yichang, Provinsi Hubei, difilmkan berteriak "Wuhan, tambahkan minyak!", "Yichang, tambahkan minyak!" serta menyanyikan lagu kebangsaan.
"Kami hanya ingin membangkitkan semangat semua orang. Penduduk perkebunan kami telah dikurung di rumah selama beberapa hari dan semua orang merasa sangat tertekan, "seorang pekerja bermarga Wang, ditutup dari The Beijing News, Senin (27/1/2020).
“Saat itu, banyak orang menangis. Itu sangat mengharukan,” tambahnya. tandasnya.