5 Fakta Douyin, Aplikasi Pengganti TikTok di China


TikTok kerap disangka aplikasi yang berasal dari China. Namun ternyata, aplikasi garapan ByteDance itu justru tak ada di Negeri Tirai Bambu.

TikTok menjadi salah satu aplikasi populer di dunia. Mengutip data Statista, TikTok memiliki 755 juta pengguna di dunia pada tahun 2022.

Diperkirakan, jumlah pengguna TikTok meningkat pada tahun ini menjadi 834 juta pengguna di seluruh dunia.

Akan tetapi di balik kepopuleran itu, TikTok ternyata tak ada di China. Di sana, ByteDance mengeluarkan aplikasi lain bernama Douyin, yang menjadi versi China dari TikTok.

Mengutip dari CNN, kedua aplikasi tersebut memiliki tampilan yang mirip pada level permukaan. Akan tetapi keduanya memiliki peraturan yang jauh berbeda.

Seperti apa seluk-beluk Douyin? Simak informasi detailnya di bawah ini.

1. Douyin juga Populer Seperti TikTok

Meski hanya ada di China, Douyin terbilang populer. Aplikasi itu memiliki 600 juta pengguna per hari.

Douyin sama seperti TikTok yang diluncurkan pada 2016. Aplikasi berbagi video itu lebih dahulu menjadi sumber pendapatan ByteDance sebelum kepopuleran TikTok.

ByteDance didirikan oleh Zhang Yiming yang merupakan mantan karyawan Microsoft. Pertama-tama, ia membangun aplikasi berita, Jinri Toutiao pada 2012.

Aplikasi itulah yang menjadi pondasi pembangunan Douyin. ByteDance pada 2017 kemudian mengakuisisi aplikasi rintisan berbasis video asal AS untuk kemudian merilis tikTok.

TikTok itulah yang kemudian menjadi versi global dari Douyin.

2. Filter Kecantikan Otomatis

Secara umum, TikTok dan Douyin punya kemiripan misalnya dalam filter kecantikan. Hanya saja pada Douyin, filter tersebut langsung diterapkan secara otomatis.

Pada Douyin, filter kecantikan akan secara otomatis menghaluskan kulit serta mengubah bentuk wajah orang yang menggunakannya.

Hal itu dilakukan demi mengikuti standar kecantikan yang berlaku di China: wajah tirus, mata besar, kulit berembun dan tulang pipi yang tinggi.

3. Dibuat Khusus untuk Belanja

Salah satu perbedaan utama Douyin dengan TikTok adalah peruntukkannya. Douyin benar-benar ditujukkan sebagai platform belanja.

Pasalnya, siaran langsung jualan online merupakan industri bernilai miliaran dollar di China. Saat pandemi, industri tersebut pun melesat karena adanya pembatasan sosial.

Pada Juni tahun lalu, ada lebih dari 460 juta pengguna e-commerce yang melakukan livestreaming di China. Data tersebut diperoleh Academy of China Council for the Promotion of International Trade.

4. Sensor yang Menggila

Tak seperti TikTok, konten-konten yang ada di Douyin telah mengalami sensor 'gila-gilaan' dari pemerintah China. Pemerintah China menghilangkan informasi yang dianggap sensitif di negara tersebut.

Salah satunya adalah soal pembantaian Tiananmen 1989. Ketika mengetik 'Tiananmen 1989' pengguna tidak akan menemukan hasil apa pun di Douyin.

Hal berbeda ada di TikTok. Pencarian kata kunci tersebut akan menghasilkan beberapa artikel dan video penjelasan yang berkaitan.

5. Pembatasan Waktu untuk Anak

Douyin juga menerapkan batasan untuk pengguna yang masih anak-anak. Pengguna di bawah usia 14 tahun hanya boleh mengakses konten ramah anak dan menggunakan aplikasi tersebut 40 menit sehari.

Mereka tidak dapat menggunakannya dari jam 10 malam hingga 6 pagi. Hal tersebut tak terlepas dari usaha Pemerintah China mengurangi kecanduan game dan perilaku yang tidak menyehatkan terkait aktivitas online.

Bahkan pada akhir pekan, pengguna berusia 18 tahun hanya dapat bermain Douyin selama tiga jam.

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230327110022-185-929735/5-fakta-douyin-aplikasi-pengganti-tiktok-di-china

Popular Posts