Psikologi Marketing : Cara Efektif Meningkatkan Konsumen


Halo, PPMmates! Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa Starbucks begitu ramai dikunjungi oleh banyak orang? Atau mengapa McDonald’s, KFC, Wendy’s dan masih banyak lagi restoran cepat saji lainnya cenderung menggunakan warna merah pada logo mereka? Nah, ternyata hal tersebut berhubungan erat dengan strategi psikologi marketing, lho!

Psikologi marketing adalah integrasi ilmu psikologi dan perilaku manusia ke dalam kegiatan pemasaran untuk menyukseskan tujuan pemasaran, yaitu penjualan yang maksimal (Kristanto, 2011). Singkatnya, strategi ini menerapkan pendekatan yang mempengaruhi psikis konsumen sehingga mereka tertarik untuk menggunakan produk atau jasa yang kita miliki. Apakah Anda tertarik untuk menggunakan strategi ini? Mari kita ulas bersama beberapa tips psikologi marketing yang sering digunakan!

Decoy Effect 

Decoy Effect merupakan salah satu psikologi marketing yang diterapkan oleh Starbucks. Biasanya, konsumen akan dihadapkan oleh dua macam pilihan, tetapi ketika muncul pilihan ketiga sebagai ‘umpan’, konsumen akan cenderung mengubah pikirannya karena berpikir bahwa ia tidak ingin merasa rugi, tetapi secara bersamaan tidak ingin merogoh kocek yang terlalu mahal dan tetap mendapatkan kualitas produk atau jasa yang terbaik. Seperti yang diketahui, Starbucks menyediakan tiga gelas dengan ukuran berbeda yang diberi nama Tall (kecil), Grande (medium), dan Venti (large). Pada awalnya, jika hanya disajikan dua ukuran, yakni Tall dan Venti, pasti konsumen akan memilih ukuran Tall yang harganya lebih murah. Namun, ketika muncul pilihan ketiga yang berukuran medium sebagai umpan, yakni Grande, konsumen akan merasa bimbang. Di situasi inilah konsumen mulai terjebak pada Decoy Effect, sehingga seringkali pada akhirnya memilih produk atau jasa yang lebih mahal daripada rencana awal mereka.

FOMO

FOMO atau Fear of Missing Out merupakan sebuah ungkapan yang menggambarkan seseorang yang takut tertinggal informasi terbaru yang tengah ramai diperbincangkan. Salah satu contoh penerapan dari strategi ini adalah berupa iklan produk di sosial media yang menyematkan kata-kata, “Jangan sampai terlewat! Edisi terbatas hanya 200 orang pertama!”. Dengan adanya penegasan berupa ‘edisi terbatas’ dapat mendorong konsumen untuk segera mengambil tindakan agar tidak melewatkan kesempatan tersebut.

Social Proof

Selanjutnya, teknik social proof berusaha untuk menyajikan testimoni dari para pelanggan. Ketika jumlah testimoni yang dihasilkan cenderung berada dalam sisi yang positif, tentu akan membuat calon pelanggan memberikan nilai yang lebih terhadap produk atau jasa yang kita tawarkan.  

Goldilock Effect

Goldilock effect merupakan suatu kondisi ketika konsumen tidak mencari opsi produk termurah dan termahal, tetapi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk menghadapi hal tersebut, biasanya kita dapat memberi arahan kepada konsumen agar mereka membeli produk terbaik kita atau yang paling banyak direkomendasikan.

Charm Pricing

Ketika kita hendak membeli sebuah produk atau barang, kita pasti tidak jarang lagi melihat harga yang berakhiran dengan angka 9, misalnya Rp. 14.999. Strategi ini disebut sebagai charm pricing, yaitu melibatkan angka 9 dalam menentukan harga. Pada contoh kasus, jika disajikan dua barang berbeda, misalnya barang A memiliki harga Rp15.000 dan barang B memiliki harga Rp14.999, konsumen cenderung memilih barang B yang dinilai lebih murah satu digit. Padahal, kedua barang tersebut memiliki perbandingan harga yang sangat tipis. Jadi, jika ingin meningkatkan pembelian produk atau jasa, kita bisa memanfaatkan strategi ini dengan cara mengurangi satu digit dari harga normal.

Buy One Get One Free

Kecurigaan kalian selama ini terhadap promo yang menunjukkan beli 1 gratis 1 adalah tepat. Ini merupakan trik manipulasi psikologi konsumen yang umum digunakan dengan cara menaikan harga setinggi-tingginya, untuk kemudian dijadikan bundling beli 1 gratis 1, bukan diskon 50%. Karena dengan label beli 1 gratis 1, orang akan merasa mendapatkan diskon 100%. Dengan begitu pula perputaran barang akan semakin cepat bagi penjual.

Scarcity

Scarcity berasal dari bahasa Inggris yaitu “scarce” atau bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia itu adalah langka. Scarce sendiri secara sederhananya ketika sebuah kondisi berada pada suatu yang langka.

Dalam psikologi marketing, teknik ini memiliki tujuan untuk menimbulkan rasa kehilangan dan takut, yang maksudnya adalah ketika ketersediaan sebuah komoditas terasa langka dan terbatas.

Demikianlah beberapa insight mengenai strategi psikologi marketing yang dapat membantu peningkatan jumlah konsumen di bisnis Anda. Sebelum mencoba salah satu strategi di atas, ada baiknya untuk memahami bagaimana karakteristik calon pelanggan yang hendak dituju agar dapat diterapkan dengan baik dan menuai hasil yang maksimal.

Sumber:https://ppmschool.ac.id/psikologi-marketing/

Popular Posts