Rintis Bawang Goreng Bakara, Ibu Muda Ini Belajar Digital Marketing


Menjadi seorang ibu rumah tangga bukanlah suatu penghalang untuk tetap berkreasi. Herti Manullang (36), ibu dari empat orang anak, saat ini sedang merintis bisnis rumahan bawang goreng kemasan, Bawang Goreng Bakara.

Semua bermula ketika Ia mengikuti Pelatihan Home Industry Bawang Goreng yang diselenggarakan oleh VEM United Evangelical Mission di Muara, Tapanuli Utara pada November tahun lalu. Wanita kelahiran Kecamatan Baktiraja, Humbang Hasundutan ini mengaku langsung tertarik untuk segera menjalankan bisnis ini.

Baktiraja sendiri merupakan sebuah kecamatan yang berada di sekitaran Danau Toba, salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Indonesia. Dengan menjadi DPSP, Danau Toba diharapkan akan kedatangan banyak wisatawan di kemudian hari. Kesempatan inilah yang Herti yakini sebagai peluang untuk berkontribusi bagi wisata Danau Toba.

Berbekal pelatihan yang singkat, Herti mulai ikut memproduksi beberapa bungkus bawang goreng pada Desember 2022. Awalnya, mereka menjual produk mereka di salah satu acara kumpulan marga, Partangiangan Bolon Pomparan Simanullang Pamuharaja.

Sayangnya, peminat bawang goreng kemasan ini masih minim. Herti bercerita bahwa para peserta acara enggan untuk membeli karena harganya masih tergolong tinggi.

“beberapa yang datang mengaku bisa beli bawang goreng dengan harga yang lebih murah di Medan”, katanya.

Selain itu, Herti juga mengaku kesulitan untuk menjual Bawang Goreng Bakara kepada masyarakat setempat. Ia menyadari bahwa target produknya bukanlah warga Baktiraja, melainkan para wisatawan.

“memang sih, kalau warga Baktiraja bisa menggoreng bawang sendiri di rumah. Yang paling pas jadi target, ya, para wisatawan”, tuturnya.

Meski demikian, Herti tidak menyerah begitu saja. Ia tetap antusias dengan bawang goreng kemasan ini. Ia bahkan rela merogoh saku sendiri untuk membeli beberapa alat untuk kebutuhan produksi.

Belajar Digital Marketing Secara Otodidak

Menyadari zaman yang serba online, Herti saat ini belajar Digital Marketing di waktu senggang. Mantan karyawan pabrik ini paham akan perlunya mengetahui cara berjualan di media sosial.

Sebelumnya, Herti mendapatkan sedikit pemahaman tentang Digital Marketing saat mengikuti pelatihan di Muara, Tapanuli Utara. Namun, karena kesibukan bertani dan menjadi ibu rumah tangga, Ia kesulitan untuk mengembangkannya.

Beberapa waktu lalu, Herti mengaku sempat berdiskusi dengan pemilik akun Instagram @uccokbutetbatak. Mereka akan menjalin kerjasama terkait promosi dan distribusi produk yang diberi nama Bawang Goreng Bakara ini.

“beberapa waktu lalu, sudah diskusi sama pemilik akun Instagram @uccokbutetbatak, namun masih bahas soal promosi dan distribusi bawang goreng ini nanti”, paparnya.

Herti saat ini sedang merencanakan untuk berkolaborasi dengan akun-akun Instagram yang mengunggah konten tentang Batak. Hal ini diakuinya untuk mendapatkan target pembeli yang relevan dengan produknya.

Herti sempat mengajak salah satu teman untuk ikut mengembangkan bawang goreng kemasan ini. Mereka mengerjakan beberapa bungkus pada hari Sabtu, itupun setelah pulang dari sawah. Karena masih baru merintis, Herti mengaku enggan untuk mengajak yang lain untuk bergabung. Namun kedepannya, Ia akan mengajak ibu rumah tangga yang lain untuk berkreasi bersama.

“Karena masih belum untung, belum berani mengajak ibu-ibu yang lain. Tapi semoga kedepannya bisa”, harapnya.

Proses Produksi Masih Manual

Produksi bawang goreng sudah mereka jalani beberapa bulan sejak pelatihan. Herti dan temannya sering mengunjungi rumah pendeta untuk praktik perajangan dan pengeringan bawang. Sebenarnya, pihak Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) sudah memfasilitasi, namun masih terbatas.

Herti berinisitatif membeli alat seadanya agar bisa latihan di rumah saat ada waktu luang. Meski masih manual, Herti mengaku senang dengan proses belajarnya dan berbagi proses produksi yang sering Ia lakukan di rumah. Pertama-tama, bawang dikupas kemudian dirajang. Setelah itu, bawang ditaburi bumbu khusus untuk menambah rasa. Bawang kemudian digoreng hingga matang merata.

Proses selanjutnya adalah meniriskan bawang dengan alat khusus kemudian dibungkus dalam kemasan sederhana. Herti biasanya meminjam alat peniris dari temannya, karena terkendala biaya untuk membeli sendiri. Meski terlihat sederhana, Herti mengaku sering kewalahan karena melakukannya sendiri dan masih manual.

Ketika ditanyai soal rencana kedepan, Herti mengaku sangat berharap produknya diminati banyak orang. Ia berencana akan memulai promosi lewat media sosial dalam waktu dekat. Jika nantinya banyak peminat, Ia akan memperbaiki bungkus produk agar lebih menarik.

“Saat ini masih proses persiapan saja dulu. Nanti kalau sudah mulai terlihat pasarnya, saya akan mulai dari mempercantik bungkus biar lebih menarik”, katanya lewat telepon.

Setelah memperbaiki bungkus produk, Herti kemudian berencana untuk membuat label halal agar diterima banyak kalangan. Meski diawal targetnya adalah masyarakat Batak, Herti tetap optimis produknya akan diterima masyarakat luas.

“…sebenarnya sudah berencana juga untuk buat label halal. Karena nanti mau jual lewat online. Kalau pakai label halal nanti akan diterima banyak orang”, paparnya.

Bawang Goreng Bakara ini nantinya akan dijual lewat Facebook, Instagram, maupun Lokapasar yang ada. Untuk pengiriman nantinya akan menggunakan jasa dari JNE karena sudah ada di Baktiaja.

Sebelum berjualan lewat daring, Herti saat ini membuka pre order untuk acara kecil maupun besar, rumah makan, atau reseller. Dengan begitu, Bawang Goreng Bakara ini perlahan-lahan akan berkembang dan bisa membuka banyak kesempatan berkarya untuk para ibu rumah tangga.

“saat kita mulai pre order terlebih dahulu. Bisa untuk acara kecil maupun besar, rumah makan, atau reseller. Biar nanti cepat berkembang dan ada pekerjaan sampingan bagi ibu-ibu”, katanya dengan penuh harap.

Sumber: https://kumparan.com/suwandonadi-manullang/rintis-bawang-goreng-bakara-ibu-muda-ini-belajar-digital-marketing-2066CndvVdR/1

Popular Posts