Seluk Beluk Project S TikTok yang Disebut Ancam UMKM RI


Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki berbicara tentang ancaman dari Project S TikTok terhadap UMKM dalam negeri. Dia mengatakan ancaman itu berupa makin mudahnya produk asing masuk ke Indonesia sehingga produk UMKM lokal kalah saing. Apa itu Project S?

Teten bicara 21 juta UMKM terhubung ekosistem digital, tapi sebagian produk yang dijual adalah impor. "Meski UMKM kita sudah 21 juta yang terhubung ke ekosistem digital, sudah on boarding di marketplace, tapi sebagian produk yang dijual itu adalah impor. Karena kita harus tahulah, produk UMKM itu kan memang daya saingnya rendah ya, kualitas dan lain sebagainya. Selain memang banyak produk juga yang memang dibutuhkan konsumen, tapi belum ada di dalam negeri," ujar Teten

Teten menyinggung Project S TikTok yang, menurutnya, harus diwaspadai. Dia mengatakan TikTok menggabungkan medsos dan e-commerce untuk membaca kebiasaan pengguna dan merekomendasikan produk sesuai keinginan pengguna. "Lalu saya lihat Project s TikTok misalnya di Inggris, itu perlu kita waspadai. Karena ini betul-betul, TikTok ini menggabungkan media sosial dengan e-commerce," ucapnya.

Dia mengatakan TikTok juga bisa jadi sumber informasi UMKM di luar negeri yang ingin memasarkan produk di Indonesia. UMKM dari negara lain bakal lebih mudah mengetahui apa yang dibutuhkan oleh orang Indonesia.

Project S TikTok pertama kali dilaporkan media Inggris, Financial Times, pada 21 Juni 2023. Project S TikTok dilaporkan telah beroperasi di pasar Inggris, di mana ini adalah agenda untuk menjual produk TikTok sendiri.

"TikTok memperluas penawaran ritel online-nya, dengan perusahaan induknya di China menjual produk melalui aplikasi video viral saat grup tersebut berupaya menantang pesaing, seperti Shein dan Amazon," tulis Financial Times.

Pemakai TikTok di Inggris pun mulai melihat fitur belanja baru dalam aplikasi TikTok yang disebut Trendy Beat, menawarkan barang-barang yang terbukti populer di video, seperti alat untuk mengekstrak kotoran telinga atau menyikat bulu hewan dari pakaian.

Semua barang yang diiklankan dikirim dari China, dijual oleh perusahaan yang terdaftar di Singapura yang dimiliki oleh perusahaan induk TikTok yang berbasis di Beijing, ByteDance. Modelnya mirip dengan cara Amazon membuat dan mempromosikan sendiri rangkaian produk terlarisnya.

ByteDance akan mengambil semua hasil penjualan yang dilakukan melalui fitur Beat Trendy. TikTok mengatakan sedang mengujinya. "Kami selalu mencari cara baru untuk meningkatkan pengalaman komunitas kami, dan kami sedang dalam tahap awal bereksperimen dengan fitur belanja baru," kata mereka.

Menurut sumber, upaya mulai menjual produknya sendiri dikenal secara internal sebagai Project S. Mereka menambahkan ByteDance sedang membangun unit ritel online untuk menantang rival seperti perusahaan fashion Shein dan aplikasi Temu, situs yang menjual produk murah.

Project S dipimpin Bob Kang, kepala e-commerce ByteDance. Project S memanfaatkan pengetahuan TikTok tentang barang-barang yang menjadi viral di aplikasi, memungkinkan ByteDance untuk memperoleh atau membuat barang-barang itu sendiri. Perusahaan kemudian gencar mempromosikan produk Trendy Beat daripada penjual saingannya di TikTok.

TikTok menggunakan jaringan pemasok untuk memproduksi barang-barang di Trendy Beat. "ByteDance menyadari mereka ingin membangun merek milik sendiri di aplikasi TikTok daripada membuat aplikasi independen, seperti Shein dan Temu," kata salah satu karyawan. Tapi sepertinya, Project S belum diterapkan di negara lain, termasuk Indonesia.

TikTok juga sudah membantah Project S beroperasi di Indonesia. "Tidak ada bisnis lintas batas (cross-border) di TikTok Shop Indonesia," kata TikTok Indonesia, lewat pernyataan yang diterima detikcom, beberapa waktu lalu.

Popular Posts