Puasa, Media Sosial, dan Ujaran Kebencian

 rukita.co

Jika Anda seorang yang sering menghabiskan waktu di gadget atau di komputer, situs apa yang kerap Anda buka? Berdasar laporang Bank Duniapada tahun 2021 , komunikasi ternyata menjadi aktivitas yang paling sering dilakukan waktu saat menggunakan internet.


Laporan Bank Dunia yang berjudul Harnessing Digitas Technologies for Inclusion in Indonesia 2021. Komunikasi warga Indonesia dalam berkomunikasi melalui internet terbanyak adalah berkirim pesan dan melakukan aktivitas mengirim dan menerima surat elektronik (surel) yaitu mencapai 36 %. Selain itu warga ternyata juga suka menyaksikan vidio, bermain media sosial dan gim. Untuk kelompok ini warga mencapai 21 %. Lalu ada aktivitas menjelajah internet (browsing) mencapai 11% , aktivitas jual beli 3% dan 7% untuk kegiatan lainnya.

Kegiatan warga yang berkenaan dengan internet rerata enam jam perhari, tapi kelompk pasyarakat berumur 16 tahun hingga 25 tahun yang menhjabiskan waktu untuk berinternet sebanyak 9,7 jam perhari.

Kegiatan bermedia sosial yang mencapai 21% dan berinternet sampai 9 jam perhari merupakan jumlah yang cukup tinggi. Dari jumlah itu seringkali orang melakukan hal-hal yang buruk, seperti melakukan ujaran kebencian dan mencaci pemerintah atau pihak lain.

Apakah saat puasa atau bulan Ramadhan kegiatan ujaran kebencian dan mencaci ini berkurang ? Ternyata relatif, tergantung isu yang sedang berkembang di masyarkat.  Malah sesuai laporan Digital Civility Index (DCI) pada thun 2021, warga Indonesia dinilai sebagai pengguna media sosial yang paling tidak sopan se Asia Tenggara.

Ini tentu mengagetkan sekali karena bagaimana pun seharusnya kita harus bermedia sosial dengan baik. Terlebih pada saat puasa dimana kita berhadapan dengan situasi panas dan menjengkelkan dan seharusnya kita menahan diri dari letupan emosi itu, mulai dari hal yang remeh temeh sampai tema-tema besar dan berat. Kita ingat misalnya bagaimana orang meletupkan kemarahan kepada presiden Indonesia karena beberapa hal.

Ungkapan yang dipakai seringkali kasar dan tidak pada tempatnya. Belum lagi postingan-postingan menghasut dan melecehkan dari berbagai lapisan masyarkat tak terkecuali yang sudah berpendidikan dan punya jabatan di birokrasi. Malah ada yang mengarah pada perpecahan bangsa dengan alasan menegakkan ajaran agama.

Puasa sejatinya tidak hanya menahan lapar dan haus sejak subuh sampai magrib, tapi juga lisan dan non lisan kita kepada pihak lain. Nabi Muhammad Saw.Bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan zur, maka Allah tidak butuh kepada perbuatannya yang meninggalkan makan dan minum (HR Al Bukhari) Ibnu Hajar mengartikan zur dengan alkidzbul atau dusta. 

Apa jadinya jika kita secara fisik menahan lapar dan haus namun secara bersamaan mereka menebarkan ujaran kebencian dan hoaks. Ini akan merusak pahala puasa. Kesimpulannya, berpuasa tanpa meninggalkan kata dan tulisan yang tak pantas sejatinya adalah sia-sia. 

Sumber : https://www.kompasiana.com/vidiahamenda/6243c6e3fa29e2589d3151c2/puasa-media-sosial-dan-ujaran-kebencian

Kreator: Vidia Hamenda

Popular Posts