Tak Harus Viral, Ini Jurus Sakti Promosi Produk di Medsos

 Foto: Shutterstock

Momentum viral bisa jadi batu loncatan promosi sebuah produk di media sosial. Kini, banyak merek yang bahkan sengaja membuat konten yang viral demi bisa dilihat dan dibicarakan orang banyak di media sosial.

Tapi, seberapa perlukah kondisi viral dalam rangka promosi produk di media sosial? Menurut Sunil Tolani, founder MindsetMerdeka.id, viral memang menjadi jaminan bagi sebuah produk untuk mendapatkan perhatian masyarakat.

Namun, menurutnya viral hanyalah sebuah momentum, atau tidak berlangsung selamanya. Artinya efektivitas viral ada jangka waktunya.

"Kalau ngomongin viral itu sebenarnya moment aja. Namanya itu attention grabbing, viral itu salah satunya. Tapi yang viral itu for how long," ujar Sunil dalam talkshow d'Mentor detikcom.

Atas dasar tersebut, Sunil sendiri tak menyarankan sebuah produk untuk ikut-ikutan viral. Kondisi tersebut bukan bukti bisnis itu menjadi hebat, itu hanyalah sebuah pengalih perhatian saja.

"Maka saya ingatkan jangan kejar only viral, viral is just bonus, bukan bukti bahwa bisnis itu hebat. Engagement-nya yang penting," kata Sunil.

Justru malah menurut Sunil, ada yang lebih baik daripada sebuah brand ikut-ikutan mengejar kondisi viral. Hal tersebut adalah 'menunggangi' momentum viral yang setiap hari silih berganti di media sosial.

Berkaca dari apa yang terjadi belakangan, banyak merek ataupun public figure yang tampil dan beriklan di sudut Time Square, New York City, AS. Setiap yang beriklan di sana akan langsung menjadi buah bibir warganet.

Namun tak semua orang punya uang banyak untuk bisa tampil di Time Square. Di sinilah seharusnya momen 'menunggangi' viral terjadi.

Bila memang tak kuat membayar harga mahal tampil di Time Square setidaknya bisa menggunakan hype yang ditimbulkan dari model periklanan Time Square menjadi konten. Bisa saja konten parodi dibuat, sebuah produk diedit seakan-akan tampil di Time Square.

"Apakah semua bisa bawa produk ke Time Square? Tidak. Tapi apakah semua bisa photoshop produknya seakan-akan berada di Time Square? Bisa nggak? Bisa kan. Jadi enjoy the wave seharusnya," jelas Sunil.

Yang terjadi selama ini adalah belum banyak orang yang segera 'menunggangi' sebuah momentum viral. Ketika momen viral sudah pecah, bahkan sudah mau habis masanya baru ikut meramaikan.

"Orang masih jarang memperhatikan gelombang viral, mayoritas kala viralnya mulai basi, hype-nya turun baru dia masuk. Saat sudah pecah, dia mau turun baru masuk. Kelamaan wait and see," kata SUnil.

Di sisi lain, bagi yang berniat untuk membuat momen viralnya sendiri, Sunil sendiri tak mau menutup mata dan menyalahkan. Hal itu wajar saja terjadi. Namun, upayanya akan besar. Konten yang dibuat harus berbeda dan tidak boleh setengah-setengah.

"Kalau mau jadikan pemantik boleh. Tapi lakukan sesuatu yang berbeda. Jangan kentang (tanggung). Gokil sekalian, lucu sekalian, nyebelin sekalian, itu akan jadi viral," tutur Sunil.

Bila ditanya konten yang akan viral ciri-cirinya seperti apa, Sunil mengatakan konten yang viral adalah konten yang membuat orang lain mau menyebarkannya.

"Kalau mau buat konten viral, kuncinya buat konten yang siapapun yang nonton kalau dia share itu dia akan terlihat keren," pungkas Sunil.

Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5999859/tak-harus-viral-inijurus-sakti-promosi-produk-di-medsos.

Popular Posts